Welcome to our page! We are a happily married couple named Monel (Mrs.) and Kumis (Mr.). We are here to share everything related to travel as well as other extra tips. Keep reading and subscribe!

Melangkah cantik sembari kesilauan karena sinar matahari yang memantul dari jidat Mas Kumis Halo sodara-sodara! Masih semangat j...

Tempat Wisata di Braga, Bandung yang Mungkin Kamu Belum Tahu

Melangkah cantik sembari kesilauan karena sinar matahari yang memantul
dari jidat Mas Kumis



Halo sodara-sodara! Masih semangat jalan-jalan? Sudah punya rencana untuk menghabiskan akhir pekan bersama yang tersayang? Kalau belum, pas banget Monel dan Kumis mau sharing tentang perjalanan kami beberapa bulan lalu ke Bandung yang bertepatan dengan setahunnya Monel dan Kumis menyandang status pasutri. (Yay! One down and many more to go!)
Ngomongin Bandung, area mana yang terlintas di pikiran kalian untuk dijelajah? Ngadem di Lembang? Berendam air panas di Ciater? Atau belanja di Jalan Riau?
Coba deh ke daerah Braga yang nggak kalah menariknya dengan area lain di Bandung. Karena kami selalu tertarik nyobain jalan-jalan ke daerah yang anti maintstream  (dan anti mahal), maka kami memutuskan untuk menjelajah Braga dan sekitarnya.
Sebelum booking tiket kereta dan hotel, kami selalu membiasakan baca-baca blog atau artikel sebanyak mungkin di internet untuk menambah referensi tujuan jalan-jalan saat kami sampai di destinasi. Beberapa blog membahas tentang kehidupan malam di Braga yang ramai oleh pengunjung dan gaya arsitektur klasik khas Eropa. Kami semakin tertarik dan jadi deh kami booking tiket kereta.
Berikut serangkaian detail perjalanan kami ke Braga, Bandung. Enjoy!
Jika pergi ke Bandung untuk membuat cerita, maka Braga akan menjadi klimaksnya. Yaitu sepenggal kisah yang adanya tidak terduga.
Kereta Argo Parahyangan
Berangkat (Economy)
Hari dan tanggal : Sabtu, 30 September 2017
Jam                       : 5.05 pagi
Harga                    : IDR 80.000/orang
Pulang (Executive)
Hari dan tanggal : Sabtu, 30 September 2017
Jam                       : 2.45 siang
Harga                    : IDR 120.000/orang
Tips pesan tiket kereta ke Bandung:
1. Pesan 2-3 bulan sebelum tanggal yang diinginkan. Karena, iya, Bandung sebegitu populernya saat akhir pekan dan kita nggak mau rencana jalan-jalan terusak karena nggak dapet tiket.
2. Kenapa menggunakan kereta? Karena kami nggak suka bermacet-macetan di jalan tol yang berakibat capek saat pulang dan nggak siap ngantor di keesokan harinya. Naik kereta nyaman, bisa lihat pemandangan dan tidak terjebak di kemacetan.
3. Pilih jadwal berangkat yang paling pagi dan jadwal pulang jam 2-3 siang. Kenapa paling pagi? Sesampainya di Bandung, kita punya banyak waktu untuk jalan-jalan. Kalau merasa berat bawa-bawa barang dan baju, kalian bisa melakukan registrasi dulu di hotel yang kalian pesan, lalu titip barang di Concierge terus lanjut deh jalan-jalan. Nah, untuk jadwal pulangnya, kenapa nggak yang malem sekalian, kalau saya jujur nggak mau sampai di Jakarta sudah larut dan nggak sempat beres-beres. Jadi kalau bisa sudah di Jakarta jam 8 malam.

Ibis Styles Bandung Braga
Jalan Braga No. 8, Bandung, 40111
Kami memilih hotel ini karena kebetulan dapat diskon dari Traveloka (situs andalan untuk pesan tiket dan hotel). Juga, jika dibandingkan dengan hotel-hotel lain, bangunannya termasuk yang lumayan modern dengan harga terjangkau. Berikut beberapa alasan lain yang membuat kami memilih hotel Ibis Styles Braga.
1. Lokasinya ampun, strategis banget. Memang kami mengincar hotel yang mempunyai akses ke deretan restoran kece di Jalan Braga. Ada beberapa hotel yang cenderung lebih dekat ke tempat wisata tertentu. Nah, Ibis Braga bisa menjangkau semua tempat wisata yang ada di daerah Braga dengan jalan kaki. Bisa ke Jalan Braga (deretan restoran kece), Jalan Asia Afrika bahkan ke Alun-Alun Bandung.
2. Sarapannya sangat variatif. Makanan yang ditawarkan nggak cuma nasi goreng atau telor omlet tapi banyak banget. Hanya saja beware kalau kalian menginap berbarengan dengan grup tamu lain, pintar-pintarlah memilih jam sarapan karena kalau tidak: makanan di bagian prasmanan habis, tidak dapat tempat duduk, pelayanan yang lebih lama dan yang jelas pegawainya jadi semakin sibuk. Tapi selain itu saya suka sekali dengan variasi makanan yang ditawarkan.
3. Pelayanannya yang fleksibel. Seperti yang kita tahu umumnya jam check out hotel adalah jam 12.00 siang. Namun karena kami ingin makan siang dan sholat terlebih dahulu, saya iseng nanya ke salah satu resepsionis apakah bisa kami mundur sedikit dari jam check out yang sudah ditentukan. Dan bisa teman-teman! Namun jika kita keluar kamar diatas jam 1 siang, secara otomatis sistem hotel akan men-charge kita dengan extra tambahan satu malam. Wow ngeri. Tapi alhamdulillah mbak resepsionisnya baik. Kami bisa keluar kamar setelah shalat Dzuhur dan beres-beres sedikit.

Berfoto di Trotoar Antik Jalan Braga
Spot foto pertama begitu kami menitipkan tas di hotel adalah trotoar antik yang menjadi khas Jalan Braga (karena kami sampai lebih awal sebelum jam check in yang telah ditentukan). Sodara-sodara dapat menikmati suasana Braga yang romantis karena lampu klasik yang berada di sepanjang jalan, trotoar yang cukup luas membuat nyaman untuk berjalan kaki dan terdapat kursi-kursi antik sepanjang jalan untuk sekedar duduk-duduk dan menikmati suasana. Di dekat hotel tempat kami menginap terletak outlet Starbucks yang desain exteriornya menyesuaikan dengan suasana romantis Braga. Bolehlah mampir jika memang ada promo seperti kami yang tidak mau melewatkan harga Starbucks hanya IDR 25ribu per cup satu berdua.
Spot utama Jalan Braga yang terletak bersebelahan dengan Museum Asia Afrika

Museum Konferensi Asia Afrika
Jl. Asia Afrika No. 65, Braga, Sumur Bandung, Bandung 40111
Awalnya kami tidak ada rencana untuk mengunjungi museum ini karena pintu masuknya tidak terlalu kelihatan jika kita melewatinya. Namun ternyata terpampang satu poster dengan tulisan tangan tertempel di pintu yang sepertinya pintu masuk. Poster tersebut bertuliskan "MASUK MUSEUM GRATIS" yang membuat saya bergumam dalam hati "WOW GRATIS!" Jadilah kami masuk ke museum ini. Dan nggak nyesel sodara-sodara.
Pelayanannya ramah banget khas Bandung dan isi museumnya keren banget. Ketika masuk kami disambut oleh seorang pegawai museum yang mengantarkan kami kepada sebuah counter resepsionis. Kami lalu diminta untuk mengisi data diri dari mana pengunjung berasal, tanda tangan dan memberi kesan dan pesan. Udah! Lalu kami bisa langsung menikmati pameran yang disediakan museum tersebut.
Pameran yang ditawarkan adalah sejarah konferensi Asia Afrika dan siapa saja masing-masing peserta yang terlibat dalam konferensi tersebut. Juga diperlihatkan barang-barang peninggalan yang menjadi saksi dalam peristiwa bersejarah tersebut.
Sebaiknya datang kesini saat museum baru saja buka seperti kami. Karena semakin siang akan semakin ramai dan semakin susah menikmati cerita dari setiap bagian pameran.
Di akhir exploration museum, ada sebuah photobooth yang disediakan untuk mengabadikan kenangan mengunjungi museum Asia Afrika. Tentu saja saya tidak mau ketinggalan.
berfoto ria saat museum masih sepi pengunjung


senyum sumringah mas Kumis bersama sang legenda
Berfoto Bersama Action Figure di Jalan Asia Afrika
Keluar dari museum, kami meneruskan perjalanan ke Jalan Asia Afrika. Di akhir pekan ketika ramai-ramainya pengunjung, sodara-sodara akan dapat menyaksikan beragam Action Figure. Mereka tak lain dan tak bukan masyarakat yang merubah dirinya dengan memakai kostum macam-macam. Ada Batman, Naruto, Transformer, bahkan karakter yang paling saya anti untuk dekati yaitu Pocong, Suster Ngesot dan Kuntilanak. Rasanya seperti masuk rumah hantu di siang bolong.
Tips saya untuk sodara-sodara yang penakut seperti saya, jangan memperlihatkan ekspresi takut kalian di depan para "setan" tersebut. Karena seperti saya, mereka malah makin agresif mendekati saya. Hiiiiii!! Saya langsung teriak-teriak sambil nyubit Mas Kumis hehehe.
Batman yang sadar kamera dan melebarkan sayapnya
ketika Mas Kumis mengarahkan kamera
Alun-Alun Bandung
Jalan Asia Afrika, Balonggede, Regol
Kami menyusuri Jalan Asia Afrika hingga akhirnya kami sampai ke Alun-Alun Bandung. Dulu sekali, saya sempat lewat tapi melihat dari jauh ya ampun ramai banget. Mungkin karena waktu itu baru banget direnovasi Kang Emil. Namun saat kami kesana tidak terlalu ramai jadi lebih leluasa untuk main-main. Mungkin lebih siang sedikit khalayak pengunjung akan memadati lapangan.
Nah, untuk main-main di Alun-Alun ada beberapa hal yang harus sodara-sodara ketahui ya:
1. Wajib lepas alas kaki seperti sendal atau sepatu. Kang Emil sangat perhatian dengan kebersihan Alun-Alun. Makanya ada beberapa Satpol PP yang berjaga di depan Alun-Alun untuk memastikan setiap pengunjung melepas alas kaki. Kami sarankan untuk membawa kantong plastik atau tas kecil untuk menyimpan alas kaki kalian karena disana tidak ada penitipan. Jangan heran kalau banyak pedagang yang memanfaatkan pengunjung yang tidak tahu dengan berjualan kantong plastik.
2. Rumput Alun-Alun sintetis dan basah. Untuk kalian yang tidak ingin melepas kaos kaki tidak apa-apa hanya saja selesai main di Alun-Alun kalian sudah bisa memeras kaos kaki layaknya baru direndam air. Basah banget bu ibu. Tapi justru itu yang memberikan sensasi asik main-main disana.
3. Untuk kalian yang mengajak anak wajib banget kesini dan jangan lupa bawa bola plastik untuk lempar-lemparan. Damai banget ngeliat warga Bandung yang santai menghabiskan waktu dengan bermain bersama anak-anaknya disini tanpa bermain gadget sama sekali. Oh ya, kenapa bawa bola plastik sendiri, karena lagi-lagi banyak pedagang yang memanfaatkan peluang dengan berjualan mainan. Kalau kalian termasuk hemat seperti kami, dipertimbangkan yaa saran saya yang satu ini.
Super Kumis beraksi
Pose bobo syantik. Setelah bangun bagian belakang badan saya basah luar biasa hahaha
Bazaar di Samping Museum Konferensi Asia Afrika
Disamping gedung museum terdapat jalan lebar yang tidak bisa dilalui mobil. Saat akhir pekan jalan lebar yang mengarah ke Cikapundung River Spot tersebut dimanfaatkan untuk Bazaar. Makanan yang dijual disana cukup bervariasi. Mulai dari seblak hingga es krim gelato. Kami mengunjungi bazaar tersebut 3 kali dalam total perjalanan kami. Kami sangat merekomendasikan es krim Gelato karena harganya yang hanya IDR 15ribu tetapi rasanya enak banget. Creamynya pas dan rasanya juga pas. Kami juga beli seblak dan rasanya enaaak banget.
Tangan dan sendok sama-sama bulet
Bebek Garang
Jalan Braga No. 34, Braga, Bandung
Saat kami melanjutkan perjalanan kembali ke Jalan Braga, kami melewati tempat makan ini yang awalnya kami ragu-ragu tapi kok foto bebek goreng yang ada di poster menggugah selera banget. Akhirnya kami memutuskan untuk makan disini malamnya. Rasanya wow enak banget dan mereka nggak kira-kira untuk harga yang lumayan murah. Namun ada yang menarik dari sistem pemesanan makanan disini. Kami sempat bingung (alias norak) awalnya karena membutuhkan kecerdasan teknologi.
Jadi saat masuk ke Bebek Garang kami dihadapkan dengan 4 standing LCD screen yang berisi menu. Kami hanya perlu memilih salah satu LCD screen. Di layar tersebut kami harus memilih menu sendiri karena layar tersebut berbasis layar sentuh. Setelah sibuk memilih-milih menu dan konfirmasi untuk menu yang dipesan, kami melanjutkan pembayaran ke kasir.
Tidak berhenti disitu, setiap pemesan akan diberi nomor. Awalnya kami heran kenapa banyak lemari loker disamping kasir yang bertuliskan nomor-nomor. Ternyata, pegawai restoran tidak akan mengantarkan pesanan ke meja kami. Melainkan, setiap pemesan harus mengambil sendiri makanannya ke loker yang sesuai dengan nomor yang diberi kasir. Ketika semua makanan sudah komplit, kasir akan memanggil nomor pemesan melalui mikrofon. Jangan khawatir akan higienisnya, karena masing-masing loker tertutup rapat dan disinari lampu. Loker tersebut mempunyai 2 pintu yang menghubungkan dapur dan ruangan pemesan.
Menu yang kami pesan dan rekomendasi untuk sodara-sodara:
1. Bebek kremes. Kalau bisa pesan yang dada karena dengan harga sama dapat ukuran yang lebih besar.
2. Ayam matah rice bowl. Ini enak. Banget. Dan isinya juga banyak ada kerupuk dan potongan ayamnya banyak.
3. Kol goreng. Ini juga enak karena nggak tahu bumbunya apa tapi gurih agak manis dan lumayan banyak. Jadi enak banget buat camilan pendamping makanan berat yang kami pesan.

Toko Es Krim Gelato
Jalan Braga
Nah khusus yang ini kami lupa blas nama tokonya apa letaknya ada di Jalan Braga juga. Tokonya kecil dengan interior vintage dari jauh terlihat. Berhubung saya googling tidak ada, jadi mohon maaf tidak bisa memberi tahu lebih lanjut. Yang jelas kalau kalian berkesempatan mengunjungi Jalan Braga dan melihat toko es krim yang kami maksud, jangan lupa mampir. Tekstur es krimnya memang tidak seenak yang kami coba di bazaar tetapi pilihan rasanya lumayan variatif dan lumayan sambil duduk-duduk menikmati suasana Braga di siang atau sore hari.

Braga City Walk
Jalan Braga No. 99-101
Untuk yang penasaran seperti kami bisa mengunjungi bangunan berkonsep semi-mall ini. Tidak banyak yang ditawarkan namun ada beberapa restoran di dalamnya. Saya sendiri sarankan untuk cari tempat makan yang terletak di pinggir Jalan Braga persis, bukan di dalam gedung ini. Tetapi boleh juga untuk variasi jika liburannya lebih lama.
Di dalam Braga City Walk juga terdapat bioskop XXI. Karena saat itu bertepatan dengan malam minggu dan launching perdana film Pengabdi Setan, alhasil saya terbujuk rayu Mas Kumis untuk nonton yang filmnya baru mulai jam 9 malam. Mimpi apaaa saya, mau merayakan setahunan diajak nonton film horor terseram di Indonesia, malam-malam pula. Kalau bukan karena cinta Mas Kumis, saya sudah kabur di 10 menit pertama film ini. Akhirnya memang saya tidak buka mata sama sekali selama nonton. Makanya kami nonton lagi besoknya (sudah gila saya) agar saya menonton setiap adegan. Tega kamu, Mas.

Chinatown Bandung
Jl. Kelenteng No. 41, Ciroyom, Andir
Untuk menuju Chinatwon, karena kami tidak yakin transportasi umum apa yang harus digunakan untuk sampai kesana maka pilihan jatuh pada Grabcar. Sangat efisien karena kami tidak hafal jalan menuju Chinatown. Untuk kalian yang menggunakan mobil pribadi perlu diperhatikan untuk masuk ke Jalan Kelenteng ini sempit sekali (untuk 2 jalur termasuk sempit). Lahan parkirnya pun cukup membingungkan dan dapat mengakibatkan kemacetan yang luar biasa. Kami tidak turun di depan Chinatown persis melainkan di sebuah toko yang bersebelahan saking padatnya arus lalu lintas.
Jalan Kelenteng ini sendiri merupakan daerah pecinan sejak dulu kala. Makanya kami masih melihat beberapa toko kue dengan huruf Cina ataupun restoran Chinese Food.
Chinatown baru dibuka jam 12 siang namun pintu masuk sudah mulai dipadati pengunjung mulai dari sejam sebelumnya.
Untuk pembelian karcis masuk bisa dilakukan di sebuah counter yang tidak akan dibuka sebelum jam 12 siang. Pengunjung harus mengantri dengan tertib untuk membeli karcis masuk. Setiap pembelian karcis masuk untuk satu orang mendapat satu potong bolu yang dibungkus plastik.
Yang harus diperhatikan untuk bisa kesini adalah semua transaksi pembayaran di dalam China Town harus menggunakan kartu dan tidak bisa cash sama sekali. Sebenarnya pegawai di pintu masuk sudah memberi tahu diawal bahwa transaksi cash tidak bisa digunakan. Kartunya bisa apa saja: debit ataupun credit.
Di dalam Chinatown kami dimanjakan dengan suasana Cina jaman dahulu dengan banyaknya furnitur dan interior klasik jaman Cina. We love it so much! Namun, karena saking populernya Chinatown, harus bersabar untuk berfoto di setiap spot yang menarik karena bergantian dengan pengunjung lain. Di dalam terdapat banyak restoran dan toko souvenir yang lucu-lucu.
Sodara-sodara juga bisa mencoba foto dengan pakaian tradisional Cina dengan fotografer profesional. Tentu saja bayar yaaa. Kami tidak terlalu tertarik karena suasana ramai banget saat itu. Jadi kami hanya jalan-jalan mengelilingi dari satu spot ke spot lainnya dan duduk sambil membeli Thai Tea di salah satu kedai. Di Chinatown juga tersedia Musholla untuk yang melaksanakan shalat. Sangat menggambarkan toleransi terhadap sesama :).
The Uncle that cut Mas Kumis' hair for free.
Because he doesn't have too much hair anyway
Pose berharap mirip hijab blogger Mega Iskanti
yang lebih mirip Mega Mendung

Sisa dari perjalanan kami di Braga, Bandung kami habiskan dengan menikmati suasana di Jalan Braga yang damai nggak seperti Jakarta (curhat). Saya kagum sekali ada area seperti ini di Bandung. Sungguh perayaan setahunan yang nggak terlupakan.
Rangkaian acara kami ditutup dengan saya memesan diam-diam Lapis Bandung rasa Vanilla Butterscotch dari Ivory Pastries yang pemiliknya merupakan salah satu teman baik saya. Tak lupa ada cokelat tambahan yang secara khusus dituliskan "Happy Anniversary Kumis".
Bisa menjadi alternatif pilihan untuk membeli oleh-oleh jika bosan dengan "oleh-oleh kekinian versi artis". Untuk kalian yang tertarik bisa follow instagram @ivory.pastries
Lapis Bandung yang diantar via mas Gojek
untuk ngejutin Mas Kumis


Akun ivory.pastries yang bisa kalian follow di Instagram
Selesai sudah rangkaian perjalanan kami di Braga, Bandung. Kami sangat nggak menyesal sudah merayakan momen bahagia disini.

Semoga sodara-sodara juga dapat merayakan momen bahagia kalian di Braga, Bandung.

#monelkumistips: Pastikan disetiap jadwal perjalanan kalian tidak melupakan jadwal makan yang sesuai dengan waktunya. Sakit merupakan hal terakhir yang kita inginkan dari setiap jalan-jalan. Jangan lupa tidur cukup sehari sebelum berangkat di setiap perjalanan dan minum air yang banyak saat jalan-jalan.
Sekian dan salam jalan-jalan!

Monel dan Kumis
#monelkumistraveling 

0 comments: