Welcome to our page! We are a happily married couple named Monel (Mrs.) and Kumis (Mr.). We are here to share everything related to travel as well as other extra tips. Keep reading and subscribe!

Can you spot us? Tentunya ada yang berkilau nan silau dari kejauhan terlihat. Jidat Mas Kumis! Halo sodara-sodara! Siapa yang l...

Tujuan Jalan-Jalan Paling Tepat Saat Bulan Puasa: Aceh






Can you spot us? Tentunya ada yang berkilau nan silau dari kejauhan terlihat. Jidat Mas Kumis!


Halo sodara-sodara! Siapa yang lagi cari-cari tanggal liburan supaya dapet tiket murah? Saya sama Mas Kumis ikutan angkat tangan deh hehehe. Kerjaan kami (atau lebih tepatnya Mas Kumis) tiap malem juga memantau pergerakan harga tiket pesawat, karena turun IDR 100ribu aja udah seneng banget! 

Salah satu momen dimana kami menemukan harga tiket pesawat yang lebih murah adalah saat Bulan Puasa. Waktu itu kami mikir pasti kalau libur Lebaran harga tiket pesawat bakalan mahal banget (dan ini bener banget, naiknya bisa lebih dari 50%). Tetapi ketika kami rubah jadwal penerbangan ke tanggal di tengah-tengah Bulan Puasa, surprisingly harganya jauh lebih murah! 

Tujuan yang kami pilih agar sesuai dengan momennya adalah Banda Aceh. Waktu itu kami berpendapat, kayaknya seru juga jalan-jalan ke kota yang punya julukan dengan Serambi Mekah ini. Apalagi kami sedang menjalani ibadah puasa, jadi bisa sekalian melihat suasana Ramadan disana. 

Karena ini pertama kalinya kami jalan-jalan ke provinsi paling barat di Indonesia dan kami nggak punya kenalan, baik sodara ataupun teman, kami memutuskan untuk membeli paket tour yang bisa mengatur itinerary perjalanan kami. Semoga perjalanan kami dapat menginspirasi yaa!

Pergi ke Aceh takkan percuma biaya. Selain ibadah, dapat pula ilmu budaya dan sejarah, yang jelas semuanya 'tlah mendunia!

Pt. Sardifa Tours & Travel. 
sardifatravel.blogspot.co.id
Paket yang kami beli 4D3N Banda Aceh dan Sabang
Paket ini sudah termasuk rental mobil, supir, tour guide, tiket masuk tempat wisata, hotel beserta paket sahur. Harga paketnya termasuk terjangkau karena sedang Ramadan (bener-bener bulan yang membawa berkah deh) dan tidak ada paket makan siang sehingga lebih murah. 

Ohya, karena jadwal pesawat kami tiba-tiba berubah H-2, itinerary kami harus berubah total. Nah, pihak Sardifa berbaik hati banget merubah semuanya agar kami bisa tetap dapet tempat wisata yang ingin dikunjungi.

Tour guide kami bernama Pak Ferry, namun beliau menolak dipanggil Pak dan hanya ingin dipanggil "Mister." Ini beneran ya, kami kira saat pertama kali kenalan beliau ini bercanda, ternyata satu kota yang kenal dengan beliau manggilnya Mister. 

Dari Mister inilah banyak banget ilmu yang bisa kami ambil karena beliau ini kaya kamus Aceh berjalan. 

Hotel Mekkah
Jalan T. Daud Beureu'euh Lampriet, Bandar Baru, Kuta Alam, Banda Aceh 23126
Kami menginap disini selama di Banda Aceh. Tidak ada yang terlalu spesial dari hotel ini, karena lokasinya nggak terlalu dekat dengan lokasi wisata manapun. Kami pilih hotel ini karena kalau diitung dengan harga paket termasuk yang paling murah haha.

Hal yang harus diperhatikan saat jalan-jalan di Aceh
1. Jangan harap dapat menemukan restoran atau tempat makan lainnya buka di siang hari selama bulan Ramadan. Jangankan tempat makan, pertokoan saja banyak yang tutup. Jangan khawatir, setelah jam buka puasa semua akan beroperasi seperti biasa. Masyarakat disini tidak merasa rugi, justru mereka merasa di bulan suci tersebut saatnya beribadah sebanyak-banyaknya.

2. Selain saat jam berpuasa, jangan harap banyak toko yang buka saat masyarakat melaksanakan solat tarawih, solat yang hanya bisa dilakukan saat bulan puasa. Jadi ceritanya di malam pertama, kami pengen mampir ke minimarket terdekat untuk beli air minum yang banyak. Kami keluar hotel persis saat orang-orang melaksanakan solat tarawih. Ternyata minimarketnya tutup men temen! Pantesan kok kami jalan kaki banyak diliatin orang. Ternyata semua masyarakatnya pergi ke masjid.

3. Kebiasaan yang kami lihat dari masyarakat saat buka puasa adalah mereka cenderung makan pembuka lanjut makan berat. Setelah itu mereka akan ke masjid untuk sholat maghrib dan nerus sampai solat tarawih. Sedangkan saya dan Mas Kumis waktu itu yang hanya membatalkan puasa dengan air putih dan kurma, kaget banget restorannya sudah penuh! Karena kami pikir waktu itu lebih baik membatalkan puasa dulu deh baru ke restoran di hotelnya untuk makan berat.

4. Di Banda Aceh, khususnya setelah bencana Tsunami yang melanda kota ini di tahun 2004, terdapat banyak lokasi wisata yang mengingatkan kita akan dahsyatnya bencana tersebut. Mister, tourguide kami,  mengingatkan agar kami bersikap sewajarnya di lokasi-lokasi tersebut. Apalagi ketika kalian diberi kesempatan untuk bertemu dengan korban yang selamat, perlu diingat untuk tidak bertanya yang mengingatkan kesedihan mereka, justru ajak bicara tentang topik yang bisa bikin mereka seneng. Trust me, mereka sudah ditanya ribuan kali oleh pengunjung tentang bagaimana mereka bisa survive dari bencana.

5. Selama di Banda Aceh, usahakan sebisa mungkin untuk berpakaian yang sopan karena kalian memasuki kota serambi Mekah dimana mayoritas masyarakatnya muslim.

6. Aceh mempunyai sistem hukum syariah dimana hukumnya berdasarkan pedoman Agama Islam. Jika kalian pasangan suami isteri seperti kami, maka kami sarankan untuk membawa buku nikah untuk antisipasi.

Kuburan Massal Tsunami Siron
Jl. Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda
Desa Siron, Ingin Jaya Kab. Aceh Besar 
Lokasi ini yang pertama kami kunjungi karena jaraknya yang cukup dekat dengan bandara. Jangan bayangkan lokasi ini seperti pemakaman yang kalian liat pada umumnya. Dari jauh sepintas terlihat seperti lapangan berumput yang dikasi pagar tembok. Ternyata dibawah lapangan tersebut, terdapat sebanyak 46.718 jenazah korban dari bencana Tsunami 26 December 2004 dan banyak diantara jenazah tersebut yang susah dicari identitasnya.

Sedih, takut, dan beragam perasaan lainnya bener-bener menyelimuti kami saat sampai disini. Tapi Mister berusaha menghibur kami dengan beragam jokes dan menyuruh kami foto sebagai kenang-kenangan disini. Bahkan kami disuru senyum, jadi kami nurut aja hehehe.

Ohya, ini bukan satu-satunya kuburan massal yang terdapat di Aceh ya, masih ada beberapa lagi di lokasi lain.

Ada satu batu berbentuk segitiga yang bertuliskan puisi dalam bahasa Aceh yang mempunyai pesan dalam menghadapi bencana Tsunami tersebut, isinya dibawah ini:

"Bala tasaba,
Nekmat tasyuko,
Disinan le ureueng bahgia"

Yang artinya

"Bencana kita sabari,
Nikmat kita syukuri,
Banyaklah orang akan bahagia"

Berfoto di depan spanduk Kuburan Massal


Di batu berbentuk segitiga itu terdapat puisi yang saya sebutkan diatas.
Di belakang kami yang terlihat seperti lapangan penuh rumput itu adalah Kuburan Massalnya.

Kapal Nelayan di Atas Rumah
Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh
Saat kesini, kami seakan diajak untuk membayangkan setinggi apa air laut yang menutupi Banda Aceh saat bencana Tsunami tersebut sehingga bisa membawa sebuah kapal nelayan untuk mendarat di lantai 2 sebuah rumah di Gampong (Kampung) Lampulo.

Rumah tersebut adalah milik Ibu Abasiah dan beliau adalah salah satu korban yang selamat karena menaiki kapal nelayan tersebut. Jadi ceritanya, ketika arus Tsunami datang, Ibu Abasiah dengan 58 korban lainnya memutuskan untuk naik ke lantai 2 rumah beliau. Namun ternyata, arus air yang menerjang lebih tinggi dari yang mereka kira, sehingga mereka mulai memasrahkan diri.

Disaat mereka pasrah itulah, sebuah kapal nelayan sampai di atap rumah Ibu Abasiah sehingga beliau dengan 59 orang lainnya selamat. Sungguh nyata pertolongan dari Yang Maha Kuasa.

Kini rumah Ibu Abasiah diabadikan sebagai pengingat dahsyatnya bencana Tsunami tersebut. Saat kesini, masih terlihat jelas bagian ruangan-ruangan di dalam rumah beliau. Ibu Abasiah kini sudah tidak tinggal disitu, tetapi beberapa meter dari rumah lamanya tersebut.


Berfoto di depan rumah Ibu Abasiah.
Di depan rumah tersebut terdapat sebuah plakat yang ditulis dalam 3 bahasa (Aceh, Indonesia, Inggris) sebagai pengingat dahsyatnya bencana Tsunami tersebut

Berfoto dengan Ibu Abasiah, pemilik rumah tersebut.
Beliau masih sehat dan segar. 

Jangan lupa berfoto di atas perahu, liat langitnya yang luaaaar biasa (silaunya)


Kubah Masjid Al Tsunami yang Terseret
Alamat asli Masjid: Desa Lamteungoh, Peukan Bada, Aceh Besar
Alamat setelah terseret: Desa Guroh
Kalau tadi perahu yang terseret hingga naik ke atas rumah, lokasi yang kami kunjungi selanjutnya lebih tak masuk akal lagi. Benar-benar membuktikan bahwa nalar manusia tidak sebanding dengan Kuasa-Nya.

Di lokasi yang kami kunjungi selanjutnya, terdapat kubah masjid seberat 80 ton yang terseret sejauh 2,5 KM! Bisa kebayang nggak, manusia yang beratnya hanya puluhan kilo terombang-ambing arus Tsunami. Pada saat kejadian, Kubah Masjid tersebut menjadi salah satu penyelamat 7 orang yang berhasil menaikinya, termasuk seorang balita yang tidak diketahui identitas orang tuanya. Anak tersebut kini tengah bersekolah di sebuah pesantren. Umurnya kini 13 tahun, kalau nggak salah ya.

Awalnya Kubah tersebut terbawa arus hingga ke ujung bukit, berputar-putar, kemudian barulah mendarat di Desa Guroh. Kakak Sri, salah satu penduduk desa Guroh, merupakan korban yang selamat karena saat itu beliau sedang melahirkan di sebuah klinik yang tidak terkena bencana. Namun seluruh keluarganya sudah hilang tertelan bencana. Sebelum kami ditemukan dengan Kak Sri, Mister berpesan untuk mengajak ngobrol sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan bencana, karena hanya akan membuat Kak Sri sedih.

Kakak Sri kini menjadi pemandu setiap wisatawan yang datang mengunjungi. Di dalam Kubah tersebut juga ditemukan sebuah Al-Quran yang kini disimpan dengan baik sebagai salah satu saksi sejarah dahsyat.


Kami, di depan Kubah Masjid bersama Kakak Sri

Masjid Raya Baiturrahman
Kampung Baru, Baiturrahman, Banda Aceh
Siapa yang pernah lihat video Adzan Maghrib yang ditayangkan di SCTV tahun 90an?

Kalau ada yang pernah lihat, pasti inget sebuah masjid yang ditayangkan di video tersebut. Yak, tak lain dan tak bukan, Masjid Raya Baiturrahman, Masjid yang menjadi ikon kota Banda Aceh dan letaknya di tengah kota.

Masjid tersebut sangat megah dan baru saja mengalami beberapa renovasi, seperti tambahan 12 payung elektrik dan lantai marmer. Jangan khawatir kaki kalian akan melepuh kepanasan saat berjalan-jalan di halaman masjid karena lantai marmer tersebut bikin adem.

Kami disini sekalian menunaikan ibadah sholat ashar. Tempat wudhu dan toiletnya bersiiih sekali (memang hampir di seluruh penjuru kota Banda Aceh kebersihannya terjaga banget sih).

Payung elektrik yang akan terbuka secara otomatis ketika cuaca mulai panas

Nggak lupa untuk berpose di depan ikon Banda Aceh

Museum Aceh dan Rumoh Aceh
Jl. Sultan Mahmudsyah No. 10, Peunitti, Baiturrahman, Banda Aceh
Museum ini didirikan saat masa pemerintahan Belanda. Museum ini berbeda ya dengan Museum Tsunami yang dirancang oleh Kang Emil. Disini terdapat replika Rumoh Aceh, rumah panggung khas masyarakat Aceh yang sudah ada sejak penjajahan Belanda belum datang.

Yang unik dari Rumoh Aceh ini berdasarkan cerita Mister adalah jumlah anak tangga untuk naik ke rumah panggung. Jumlah anak tangga yang menjadi rumah adat khas Aceh biasanya selalu ganjil, sedangkan Rumoh Aceh ini memiliki anak tangga yang jumlahnya genap. Menurut Mister, jumlah anak tersebut direkayasa para penjajah untuk mengubah sejarah yang telah diyakini masyarakat Aceh.

Kami kesini sebelum berangkat ke pelabuhan untuk menyeberang ke kota Sabang. Karena waktu yang limited, kami hanya berfoto-foto di depan Rumoh Aceh dan nggak sempat masuk ke dalamnya.

Look how small we were in front of the house!

Makam Sultan Iskandar Muda
Gampong Peuniti, Baiturrahman, Banda Aceh
Tak jauh dari Rumoh Aceh, kami mampir untuk ziarah ke makam salah satu pahlawan besar di Indonesia, khususnya Banda Aceh. Saat kami kesini, pelataran makam baru saja dibersihkan oleh pengurusnya.



Masjid Baiturrahim Ulee Lheu
Sebelum menuju Pelabuhan Ulee Lheu untuk melanjutkan perjalanan ke kota Sabang, kami terlebih dahulu mampir ke sebuah Masjid yang juga menjadi saksi dahsyatnya bencana Tsunami.

Saat sampai kesini, saya melihat kehadiran Masjid yang kokoh ini seperti Masjid pada umumnya. Ketika kami melihat beberapa foto yang dipamerkan di pelataran Masjid, barulah saya sadar betapa hebat Kekuasaan-Nya.

Masjid ini adalah salah satu bangunan yang tetap kokoh saat bencana Tsunami menyapu habis semua bangunan di Banda Aceh saat itu. Merinding, bahkan saya mengetik cerita ini masih merinding.

Lagi-lagi kami diingatkan Kun Fayakun. Kalah deh logika manusia.
musbir.blogspot.com

Masjid Baiturrahim setelah diperbaiki, tetap berdiri kokoh sedari dulu
Kami di depan Masjid bersejarah

Tugu I Love Sabang dan Danau Aneuk Laoet
Cot Ba'u, Sukajaya, Sabang, Aceh
Perjalanan kami lanjutkan ke Pelabuhan Ulee Lheue untuk menyebrang ke kota Sabang. Yay! Saya nggak sabar banget karena keindahan Sabang yang udah terkenal di dunia.

Pelabuhan Ulee Lheue ini lumayan sibuk karena banyak banget turis mancanegara. Waktu itu kami satu kapal Ferry dengan grup wisatawan dari Singapura. Setelah mendapatkan tiket Ferry, kami sadar ada nomor tempat duduk. Dan setelah masuk ke dalam Ferry, ternyata tempat duduk saya dan Mas Kumis terpisah jauh banget! Kami panik dan nggak mau terpisahkan (lebay hahaha) akhirnya kami menemui petugas dan ternyataaa kita bebas duduk dimana aja yang penting masih di satu ruangan. Ya ampunn bikin deg-degan.

Perjalanan kami tempuh selama 45 menit. Kalian bisa memilih untuk menggunakan kapal cepat ataupun lambat. Namun jadwalnya hanya ada 2 kali sehari, jadi pintar-pintarlah mengatur jadwal ya.

Setelah sampai di Sabang, kami disambut pemandu lain, yang namanya lupa bangeeett. Mari kita panggil Bapak. Berbeda dengan Mister, Bapak ini lebih pendiam, tetapi tetep ngasi informasi yang dibutuhkan.

Tujuan pertama kami di Sabang adalah Tugu I Love Sabang. Lalu setelah sampai di Tugu, kami disuguhkan pemandangan Danau Aneuk Laoet. Luaaarrr biasaaa danaunya, langitnya, kombinasi yang nggak akan kami lupakan. Air di danau tersebut biru banget, nggak seperti danau kebanyakan yang airnya hijau.


Tiket kapal untuk menyeberang ke Kota Sabang, Pulau Weh
(Nggak sekalian jempolnya dicoret juga, sis?)

Ini loh tugu kerennyaa. Nggak kuat nahan silau hahaha


Berfoto di depan Danau Aneuk Laoet.
Pantai Gapang, Pulau Rubiah dan Pantai Iboih
Setelah istirahat sejenak di penginapan (yang saya lupa catat namanya hehehe) kami kembali melanjutkan perjalanan untuk salah satu spot wisata terbaik di Sabang: Snorkeling di Pantai Gapang!

Untuk berangkat ke Pulau Rubiah, kami menuju Pantai Iboih kemudian naik perahu ke pulau tersebut untuk snorkeling di Pantai Gapang.

Biaya yang harus dikeluarkan adalah untuk peralatan Snorkeling, jenis perahu yang digunakan dan foto-foto underwater. Untuk tambahan biaya foto underwater, pemandu akan membawa kamera GoPro yang akan memoto kami selama berenang bersama ikan-ikan. Kalau kalian uda punya kamera water resistant sih saya sarankan nggak usah yaa. Jadi setelah kami sampai lagi ke Pulau Weh, pemandu penyelam akan mengirimkan fotonya ke hape melalui messaging.

Pantainya disini indaah banget ditambah airnya yang jerniiiih banget. Terdapat banyak hotel resort mahal di sepanjang Pantai Iboih yang mayoritas pengunjungnya adalah turis mancanegara.

Begitu sampai di Pulau Rubiah, saya dan Mas Kumis segera berganti kostum untuk menyelam ala-ala. Nah yang perlu diingat, di Pulau ini belum terjaga kualitas akomodasi wisatanya, jadi jangan harap ruang ganti bajunya bersih dan rapih. Saat kami berganti baju, yang mana ruangannya gelap karena tidak ada listrik, tiba-tiba ada sesuatu yang melewati kaki kami.

ULAR!! Sumpahhh kami panik banget ada ular lewat di kaki. Kami buru-buru ganti baju dan segera curhat ke pemandu penyelam. Reaksi beliau saat kami bilang ada ular adalah :OH. Baiklah, mungkin mas nya udah biasa haha.

Jernihnya air laut di Pantai Iboih

Saranghae from Rubiah!

Posing with the photogenic fishes

And me also nggak mau ketinggalan hehehe

Tugu KM-0 Sabang
Siapa yang tau bahwa kilometer 0 Indonesia terletak di Sabang, Aceh? Saya ngacung! Kalau bukan karena Mas Kumis ngajak kesini, saya pasti nggak akan tahu karena pengetahuan saya yang belum luas. Itulah, jalan-jalan kan buat nambah ilmu jadi nggak perlu malu kalau belum tau :)

Perjalanan kami tempuh dari tempat menyelam kesini selama 1-2 jam. Sesampainya disana sudah sore, tapi matahari belum mau terbenam kok hehe.

Untuk kalian yang mau pergi ke Tugu ini wajib untuk beli sertifikat yang menyatakan kalian udah sampai di titik 0 Indonesia. Untuk beli sertifikat, jangan lupa minta di awal perjalanan sampai di Sabang kepada pemandu kalian ya. Karena beli sertifikat ini nggak bisa dadakan.

Yay! Bucket list ticked!
Kedai de Sagoe Kupi
Kuta Ateueh, Surakarya, Sabang
Karena kami hanya semalam di Sabang, kami memutuskan untuk nongkrong dan minum kopi di tempat paling nge hits di Sabang. Kata Bapak, kedai ini akan ramai setelah masyarakat selesai shalat tarawih di Masjid Agung Babussalam karena letaknya yang berdekatan.

Ketika kesini, jangan lupa pesan teh tarik dan roti bakar. Cukup itu aja. Kualitas teh tariknya kalau menurut saya pribadi, jauhhh diatas teh tarik kekinian yang ada di kebanyakan mall itu loh. Kentalnya, manisnya, semuanya pas.

Kami nggak foto-foto disini dan memutuskan untuk menikmati suasana sambil ngobrol-ngobrol dengan Bapak.

Seperti kebanyakan kedai ngopi lainnya di Sabang, semakin malam akan semakin ramai. Jadi makin semangat nongkrong disini.

Pantai Sumur Tiga 
Jl. H. Agus Salim, Le Meulee, Sukajaya, Sabang
Spot terakhir sebelum kami kembali menyebrang ke Banda Aceh adalah mengunjungi Pantai ini. Nggak banyak yang kami lakukan disini, hanya menikmati suasana sebisa mungkin.

Sunrise di Pantai Sumur Tiga

Kapal PLTD Apung
Punge Blang Cut, Jaya Baru Banda Aceh
Siap-siap untuk lagi-lagi menahan suasana haru dan sedih karena kapal PLTD ini juga salah satu saksi sejarah bencana dahsyat tersebut.

Jadi ceritanya, kapal PLTD yang berbobot 2.600 ton ini memang lokasinya berpindah-pindah di seluruh Indonesia, dan saat itu sedang berada di Banda Aceh. Bencana Tsunami membawa kapal ini pindah sejauh 5 KM dan berhenti di lokasi ini. Awalnya, ada beberapa pegawai PLTD yang bertugas pagi itu, namun setelah merasa ada gempa dahsyat, mereka takut dan turun dari kapal. Akhirnya yang selamat adalah petugas yang masih ada di dalam kapal.

Memasuki kapal tersebut, ada museum yang menceritakan fenomena bencana Tsunami, video yang menayangkan kesaksian korban yang masih selamat dan video yang menayangkan bagaimana mengenali tanda-tanda bencana Tsunami.

Konon katanya, dibawah kapal tersebut, banyak jenazah yang tertiban kapal dan tidak bisa diangkat.
Di depan Kapal PLTD terdapat sebuah monumen dan bertuliskan seluruh nama korban meninggal yang ditemukan beserta umurnya. Sedih banget.

Monumen yang bertuliskan nama-nama korbannya.
Di belakang adalah replika ombak Tsunami setinggi 9 meter dan jam yang menunjukan terjadinya Tsunami saat itu.

Kapalnya sebesar ini dan bisa terseret 5 Km. 

Isi Kapal PLTD yang telah dirombak total


Museum Tsunami Aceh
Jl. Sultan Iskandar Muda No. 3, Baiturrahman, Banda Aceh
Ingin tau seberapa berbakatnya Ridwan Kamil? Datanglah ke museum ini. Wali kota yang juga arsitek ini merancang sebuah museum Tsunami yang juga bisa menjadi tempat berlindungnya masyarakat bila ada bencana (amit-amit jangan sampe).

Untuk masuk kesini gratis dan setiap bagian museum bisa difoto. Saya merinding, dan ingin nangis karena suasana yang dibuat oleh Kang Emil seolah-olah kami sedang terjebak di bencana tersebut. Dzikir yang menyebut nama Allah terdengar di beberapa bagian museum.

Disini juga terdapat batuan yang bertuliskan negara-negara yang telah membantu Aceh setelah bencana terjadi. Kami juga bisa melihat barang-barang peninggalan korban yang setelah bencana tersebut usai.

Bendera negara yang membantu Aceh

Berfoto di depan museum

Ada satu ruangan dimana ruangan itu gelap dan di sekeliling dindingnya terdapat nama-nama korban.
Ruangan ini meruncing dan di ujung atas terdapat huruf arab  Allah.
Di ruangan ini, saya nggak kuat untuk nggak nangis. Kami seakan diingatkan nantinya kita semua akan kembali kepada-Nya. 



Gunongan Historical Park
Sukaramai, Baiturahman, Banda Aceh
Taman ini merupakan pemandian yang dibangun oleh Sultan Iskandar Mudah untuk Puteri Pahang, isteri dari Sultan. Ketika kesini kami bisa melihat bahwa semua bangunannya megah dan berwarna putih bersih.

Menurut Mister, jaman dulu masyarakat Aceh menggunakan putih telur sebagai bahan untuk memutihkan bangunan.

Keadaan di sekitar taman Gunongan. Ini panas banget loh by the way.

Saya nggak terlalu paham ini fungsi bangunannya apa, tapi cantik banget dilihat dari jauh

Boleh di cek, menurut kalian apa ya hewan yang terbang di belakang kami ini?


Rumah Cut Nyak Dhien
Lampisang, Peukan Bada, Aceh Besar
Untuk kesini, kami dapat mengenal sosok pemberani Cut Nyak Dhien lebih jauh. Rumah ini dijadikan markas Cut Nyak Dhien untuk memasang strategi berperang melawan penjajahan Belanda. Dan beliau memimpin perang tersebut. Keren banget ya!

Dulu saat Cut Nyak Dhien tinggal disini, banyak pengawal yang menjaga ketat karena takut beliau disakiti oleh pihak Belanda. Bahkan saking protektifnya, sumur di rumah ini dibuat tinggi sejajar dengan jendela di rumah panggung beliau sehingga tidak bisa diracun.

Hal yang saya pelajari tentang beliau dari Mister bahwa Cut Nyak Dhien itu aslinya berhijab. Namun liciknya Belanda yang ingin mengadu domba masyarakat dahulu kala, saat Cut Nyak Dhien diasingkan ke Sumedang (kalau nggak salah), kerudung beliau dibuka dan dilukis oleh Belanda. Sehingga sosok beliau yang terkenal menjadi tanpa hijab.

Di depan tangga menuju rumah Cut Nyak Dhien


Masjid Rahmatullah Lampuuk
Meunasah Lambaro, Lhoknga, Aceh Besar
Kami berkunjung ke salah satu Masjid yang juga menjadi saksi sejarah bencana Tsunami saat itu. Kami mengunjungi masjid ini hingga ke dalam, dan masih ada bagian yang menyisakan sejarah bencana tersebut.

Yang membuat miris dan sedih adalah foto-foto yang terpajang di dalam masjid. Ada sebuah foto yang menunjukan masyarakat Aceh shalat maghrib 2 hari setelah bencana terjadi dengan pemandangan bangunan hancur di sekitar masjid tersebut.

Kami nggak foto-foto disini, hanya duduk diam dan merasakan suasana di dalam masjid.
3.bp.blogspot.com


Pantai Lhoknga
Lokasi pantai ini terletak cukup dekat dengan Masjid Rahmatullah. Karena kami kesini saat bukan musim liburan dan ditengah-tengah ibadah puasa, maka kami adalah satu-satunya pengunjung.

Jika melihat bersihnya pantai, pasti kalian tidak akan menyangka bahwa dulunya di pantai ini berserakan berbagai bawaan arus Tsunami. Namun berkat masyarakat dan tentunya negara yang membantu, pantai ini dapat kembali bersih.

Berasa pantai pribadi disini


Menyusuri Lhonga Leupung, Kabupaten Aceh Besar
Sebelum berangkat menuju Bandara Sultan Iskandar Muda untuk kembali ke rumah, Mister memberikan kami bonus perjalanan menuju Kabupaten Aceh Besar untuk melihat keindahan Aceh yang belum terekspos.

Kami semakin menjauhi Banda Aceh dan menuju perbukitan yang nggak kalah indahnya. Karena sudah keluar dari kota, maka jangan heran jika kalian mendapati kerbau, sapi atau kambing yang berlenggak-lenggok dengan indahnya di tengah jalan. Bahkan ada rambu lalu lintas bergambar hewan yang memberi tahu kita untuk berhati-hati di jalan karena hadirnya hewan-hewan ini di jalan.

Sepanjang jalan, kami bener-bener disuguhkan pemandangan layaknya perbukitan di Eropa (sotoy kayak uda pernah aja). Hijaunya bikin segar mata dan masih asri banget disini. Nggak ada salahnya minggir sebentar untuk mengabadikan pemandangan yang mungkin nggak akan kami temukan di tempat lainnya di Indonesia.

Jernih banget kan danaunya? Sampe sekarang belum tahu nih apa ya nama danau ini

Lihat deh pohon-pohonnya ngingetin film The Sound of Music


Mie Aceh Razali
Jalan Panglima Polem, Peunayong, Kuta Alam, Banda Aceh
Berwisata ke Aceh nggak lengkap tanpa kuliner khas yaitu Mie Aceh! Mister mengajak kami ke Mie Aceh yang paling ngetop di Banda Aceh, yaitu Mie Aceh Razali.

Seperti biasa kami makan setelah jam shalat tarawih selesai untuk merasakan ramainya Banda Aceh di malam hari. Kami memesan Mie Aceh, Martabak Telur dan Teh Tarik. Rasa mie nya nikmat banget dan bumbunya terasa banget. Begitu juga dengan martabak telurnya. Ini sih bener-bener perut kenyang hati senang (dan duit melayang hehehe).

Ya ampun, nge-upload foto ini sambil perut keruyukan


Berakhir sudah perjalanan kami di Provinsi Aceh, provinsi paling barat di Indonesia! Nggak nyesel sama sekali bulan puasa kesini walaupun nggak bisa menikmati kopi di siang hari. Karena kedai kopi di Banda Aceh setiap malam ramainya bukan main. Tempat nongkrong selain kedai kopi disini bener-bener nggak laku.

Perjalanan kali ini membuat kami belajar mensyukuri setiap momen yang kami jalani karena intinya semua pemberian Tuhan. Kami nggak akan pernah tahu kapan semua ini akan diambil lagi oleh Yang Punya.

Pergi kesini juga jadi melihat semua masalah yang kami alami di ibukota itu jadi kecil banget. Gimana nggak, masyarakat Aceh nggak cuma kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan keluarga dan tempat tinggal dalam hitungan menit. Tapi mereka bangkit, jadi kami juga harus begitu.

Teurimong gaseh, Aceh! We will miss you! Untuk sodara-sodara mari kita lebih semangat saling menginspirasi kisah jalan-jalan. Sampai jumpa lagi di perjalanan kami berikutnya!

#monelkumistips : Ketika ingin bepergian ke suatu tempat untuk pertama kalinya, biasakan untuk memahami budaya sebelum berangkat dengan banyak membaca. Selain dapat menyesuaikan baju yang akan dibawa, kita juga dapat menghargai apa yang masyarakat lain yakini.

Perpisahan dengan Mister di bandara


Sekian dan salam jalan-jalan!

#monelkumistraveling

0 comments:

Berfoto dengan legenda Maestro Sasando di Kupang. (Mohon maaf ternyata topi Tiilangga belum bisa menutupi jidat offside nya Mas Kumis) ...

Jalan-Jalan dan Mencoba Makanan Halal di Kupang : Seru dan Bikin Kangen!

Berfoto dengan legenda Maestro Sasando di Kupang.
(Mohon maaf ternyata topi Tiilangga belum bisa menutupi jidat offsidenya Mas Kumis)


Halo sodara-sodara! Salam bahagia dari Monel dan Kumis!
Saya do'akan semua masih bersemangat mencari tujuan jalan-jalan ya (terutama untuk yang sudah mulai sumpek dengan kerjaan dan cuti mulai numpuk di kantor).
Untuk kalian yang sudah mulai sumpek dengan polusi di Jakarta dan ingin menghirup udara segar, pengalaman perjalanan kami yang satu ini pas banget buat kalian. Karena ternyata, udara segar nggak cuma bisa didapatkan di dataran tinggi di Indonesia aja lho, tetapi juga di dataran pantai yang terletak di daerah paling selatan Indonesia. Kami sarankan untuk jalan-jalan ke: Kupang!
Kota Kupang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak paling selatan di Indonesia. Biasanya para wisatawan yang ingin berkunjung ke Labuan Bajo akan transit di Bandara El Tari Kupang. Berdasarkan pengalaman kami, tiket pesawat untuk mencapai Labuan Bajo bisa 2 kali lipat lebih mahal dari tiket pesawat menuju Kupang. Untuk kalian yang mempunyai prinsip seperti kami: ingin mencicipi daerah Waktu Indonesia Bagian Timur dengan harga lebih terjangkau, maka jangan ragu-ragu lagi untuk mulai mencari tiket pesawat ke Kupang.
Namun jangan heran ketika kalian akan pergi ke Kupang, akan datang banyak sekali pertanyaan seperti:
"Kenapa nggak ke Labuan Bajo?"
"Kalau Labuan Bajo sama Pulau Komodo itu dekat nggak?"
"Kupang itu satu pulau nggak sama Pulau Komodo?"
Saya sendiri ilmu geografi Indonesianya ditatar oleh Mas Kumis setiap malam jadi bisa menjawab pertanyaan (yang menurut saya) menantang ini. Makanya, inti dari setiap jalan-jalan itu sebenernya bukan cuma refreshing tetapi juga nambah ilmu yang banyak. Never stop learning!
Nevertheless, selamat menikmati referensi perjalanan kami ke Kupang ya!
Ke Kupang itu seperti bertemu sahabat lama, rindu seolah pernah jumpa, rindu seperti pulang ke rumah
Juang Rental Mobil
082340539918
Kami lupa banget nama rental mobil yang kami sewa apa, tapi kami masih nyimpen nomor telepon driver yang nemenin perjalanan kami. Mas Kumis sudah ngontak pemilik jauh sebelum kami sampai di Kupang. Rental ini recommended  banget karena pelayanannya oke, pak supir bisa ngasi saran tempat-tempat bagus dimana saja dan jam berapa enaknya kesana.

Plus, rejeki kami banget dapet Pak Juang sebagai supirnya karena beliau ini muslim jadi bisa ngasi saran dimana saja restoran Kupang yang halal.  Dari beliau ini juga kami banyak nanya tentang kehidupan perbedaan agama di Kupang. Dengan kondisi muslim yang minoritas, pak Juang nggak merasa terintimidasi sama sekali. Bahkan setiap bulan Puasa, banyak juga warga non muslim yang berjualan takjil setiap sore di pusat kota. Tentram ya dengernya.

Pak Juang cuma curhat satu hal sih, beliau susah nyari pacar sesama muslim di Kupang dan nanya apakah gampang nyari pacar sesama muslim di Jakarta hahaha. Duh Pak, itu mah Allah yang bantu yaa. Atau ada yang berminat mungkin bisa kontak Pak Juang langsung hehehe.

Tiket Pesawat
Berangkat
Maskapai dan Tujuan              : Sriwijaya Air, transit Surabaya
Jam Berangkat                         : 4.10 am
Maskapai dan Tujuan              : Sriwijaya Air, menuju El Tari Kupang
Jam Sampai                             : 9.30 am
Pulang
Maskapai dan Tujuan              : Citilink, transit Surabaya
Jam Berangkat                         : 2.55 pm
Maskapai dan Tujuan              : Citilink, menuju Soekarno - Hatta Tangerang
Jam Sampai                             : 5.50 pm
Pilih tiket pesawat yang paling pagi kalau kita mengincar tiket yang lebih murah apalagi untuk tujuan yang jauh. Manfaatkan waktu untuk tidur selama di pesawat bisa menambah energi untuk jalan-jalan begitu tiba di tujuan.
Sotis Hotel Kupang
Jl. Timor Raya No. 90 Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama, Kupang
Di Kupang ada banyak alternatif hotel yang menawarkan pemandangan langsung ke laut dari kamarnya atau disebut beach view. Namun menurut saya, hotel ini yang menawarkan pengalaman paling perfect karena bukan cuma pemandangan pantai saja yang kami lihat, tetapi kami dapat turun langsung ke pantai dan berinteraksi dengan penduduk asli Kupang.
Di hotel-hotel lain, mungkin tamu cuma bisa sebatas buka gorden dan melihat laut beserta langit bagusnya (beneran langit Kupang indah banget ya ampun masha Allah). Nah di hotel ini, tiap sore kami keluar dari kamar menuju pantai yang letaknya di belakang hotel persis. Dari kolam renang yang terletak di belakang hotel ada tangga akses menuju pantai dan kita bebas mau jalan kemana saja.
Di hotel ini akan dikenakan extra charge untuk memesan hotel yang menghadap ke pantai (pilihannya cuma dua, menghadap pantai atau menghadap jalan raya). Pihak hotel mungkin sudah memperkirakan kalau banyak tamu pastinya yang rebutan pengen dapet beach view. Tapi kami sarankan tetap pesan beach view ini apalagi kalau jarang ke Kupang. Pemandangannya terbayar banget.
Pantai yang terletak di belakang hotel ini juga bersih banget. Banyak perahu nelayan yang "parkir" disini dan kita bisa memantau aktifitas mereka dari dalam kamar. Nggak hanya itu, setiap sore terdapat banyak remaja Kupang yang berkumpul di suatu pondokan di pinggir pantai dan bernyanyi bersama sambil menunggu matahari terbenam. Banyak juga anak-anak kecil yang bermain kesana kemari. Suasana yang bikin kami betah banget di Kupang.
Nah, hal lain yang membuat kami makin jatuh cinta dengan hotel ini adalah pelayanannya terutama pelayanan oleh bapak doorman yang tugasnya menyambut kedatangan atau ketika tamu keluar hotel. Sosoknya emang agak sangar tapi karena senyumnya lebar banget dan dari jauh udah nyapa kami seolah-olah bener-bener seneng ngeliat kami, hati kami jadi luluh banget. Rasanya pengen dibungkus dibawa pulang saking gemesnya hehehe.
Restoran tempat kami sarapan pun sangat nyaman karena menghadap kolam renang (hotel ini punya 2 kolam renang). Pilihan makanannya banyak banget dan seger-seger banget.
Yang jelas kami puas banget bisa nginep di hotel ini dan berharap bisa nginep lagi suatu saat (do'ain banyak rejeki ya).
Pantai di belakang hotel Sotis
(liat langitnya deh yang nggak ada polusi sama sekali)
Pemandangan dari kolam renang
Berpose di depan kapal nelayan
Pemandangan dari kamar kami
Berfoto di Gedung Gubernur NTT yang mirip Sasando
Jl. El Tari No. 52, Oebobo, Kupang
Kami kesini berkat rekomendasi Pak Juang. Gedung Gubernur yang bangunannya menyerupai Sasando, alat musik khas Kupang. Kami kesini pada saat kantor tidak beroperasi, dan berkat networking Pak Juang dengan petugas yang menjaga, kami diijinkan untuk berfoto ria disini. Bahkan Pak Juang yang menyarankan pose seperti apa yang seru untuk berfoto disini.
Dari 1001 macam pose lompat, akhirnya ini yang diupload di Instagram

Gong Perdamaian
Jl. Frans Seda, Kelapa Lima
Gong perdamaian ini letaknya ada di tengah Taman Nostalgia Kupang yang berlokasi di tengah kota. Kita tidak bisa menyentuh gong nya, namun tetap bisa berfoto di depan gong tersebut. Di gong ini terdapat simbol provinsi dan simbol agama yang ada di Indonesia.

Diresmikan tahun 2011 oleh bapak mantan presiden SBY, inti dari adanya gong ini adalah untuk mengingatkan orang Indonesia tentang keberagaman yang seharusnya menjadi pemersatu.

Makna dari adanya gong yang berdiameter 100 cm dengan berat 120 kg juga karena Kupang dan NTT dianugerahi penghargaan sebagai kota dan provinsi dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia pada tahun 2011 - 2016. Wowww nggak heran saya merasa betah disini.
(travel.kompas.com/read/2017/05/15/164834627/gong.perdamaian.dan.taman.nostalgia.kupang)


Gongnya ditutup pagar jadi nggak bisa disentuh

Pantai Lasiana
Seperti yang tadi saya bilang, ada beberapa hotel lain di Kupang yang sama-sama mempunyai pemandangan langsung menuju pantai. Kalau tadi dari Sotis hotel mempunya akses langsung ke Pantai Pasir Panjang, nah salah satu hotel di Kupang mempunyai pemandangan langsung ke Pantai Lasiana. Di sekeliling pantai ini terdapat trotoar yang dibangun sehingga membuatnya terlihat lebih rapih dan pengunjung bisa melakukan jogging disini.

Namun sayang, saat kami kesini air laut sedang pasang jadi nggak bisa turun ke pantai melainkan hanya bisa berfoto di depannya.

Boleh lihat panasnya cuaca saat itu terpampang nyata
dari sinar yang memantul ke jidat mas kumis




Pantai Teddy's
Siapa yang suka makan jagung bakar? Bagaimana biasanya kalian makan jagung bakar? Nah di Kupang kami memiliki sensasi berbeda dalam makan jagung bakar. Tepatnya di Pantai Teddy's.

Di pantai ini mulai dari matahari terbenam sampai malam, banyak kedai bertenda yang berjualan jagung bakar. Bedanya, jagung bakar disini disajikan bersama sambal khas Kupang yaitu sambal luat.

Yang membuat sambal ini berbeda adalah penggunaan daun Siba di resepnya. Tapi mohon maaf, saya coba cari informasi apa itu daun Siba kok susah banget ya. Mungkin yang tahu lebih banyak bisa kasi komentar dibawah yaa. Juga di sambel ini saya rasakan seperti ada ikan yang ditumbuk dan dicampur ke sambalnya.

Pokoknya kalau ke Kupang wajib banget mampir kesini.

Cara makannya, sambal dioles ke jagung terus kita gerogotin deh

Pantai Tablolong, Kupang Barat
Untuk bisa menuju pantai ini, kami menempuh perjalanan selama hampir 1 jam. Saya sampai ketiduran di mobil. Jalanannya pun agak sepi dan menjauhi pusat kota. Kami sampai saat hampir jam 12 siang jadi cuaca sangat panas-panasnya saat itu.

Tetapi nggak apa-apa, lagi-lagi perjuangan kami terbayar dengan bagusnya langit dan jernihnya air laut saat itu.

Disini kami hanya menghabiskan waktu untuk duduk-duduk dan foto-foto.


Sedang tes kamera, tiba-tiba angin menyibakkan syal saya.
Namun Mas Kumis memutuskan untuk tetap bergaya.
Ini baru foto yang bener


Berfoto di Batakte, Kupang Barat
Sebenarnya kalau kalian googling Batakte mungkin jarang yang menyebutkan ada tempat wisata disini. Sebenarnya spot foto ini kami temukan saat perjalanan menuju Pantai Tablolong. Kok kaya keren banget tempatnya, bahkan Pak Juang sampai upload di instagram storynya lhoo.
Jangan lupa bawa tongsis ya biar bisa tetep eksis
Goa Monyet
Alak, Tenau, Kupang
Jika kalian pencinta binatang, harus banget kesini karena banyak banget monyet ngegemesin. Kesini saya bayar kurang dari IDR 10 ribu (saya doang yang masuk karena mas Kumis agak parno ngeliat monyet banyak banget ngumpul hahaha). Mas Kumis bertugas jadi fotografer aja selama saya main-main di dalem.

Saya agak terharu karena bisa dikelilingi monyet sebanyak ini.

Ini sebenernya mereka lagi ngeliatin apa nyuekin saya ya?

We were posing in front of the gate because
someone was too scared to go inside hehehe


Air Terjun Oenesu
Kecamatan Oenesu, Kupang Barat
Dalam perjalanan kesini, kami melewati banyak rumah-rumah penduduk Kupang (setelah berhari-hari sebelumnya saya hanya melihat jalanan, pantai, hotel dan restoran). Yang saya perhatikan adalah rata-rata dari rumah tersebut ada makam di halamannya. Menurut Pak Juang, memang mereka memakamkan kerabat yang sudah meninggal di halaman rumahnya. Kami juga nggak paham persis mengapa.

Hampir di setiap rumah terdapat pajangan salib besar dan lampu warna-warni menghiasi salib tersebut. Mungkin karena kami datang ke Kupang beberapa minggu setelah perayaan paskah jadi masih ada beberapa penduduk yang merayakan.

Di Kupang juga banyak anjing berkeliaran, namun tidak liar. Jadi tidak usah terlalu takut ketika melihat banyak anjing disana.

Nah balik lagi ke air terjun ini, untuk benar-benar mencapai air terjun kami harus menuruni tangga yang sedikit licin dan curam jadi harus berhati-hati. Tapi nggak sampai 1 km kami sudah sampai.

Kami tidak berenang di air terjun ini karena sudah memutuskan untuk main-main ke pantai Tablolong, destinasi yang kami tempuh setelah main di air terjun. Untuk kalian, boleh banget berenang disini lho. Kalau ngeliat sih kayanya airnya adem banget.

pose andalan: ngeliat bawah biar lebih mancung (1)



pose andalan: ngeliat bawah biar lebih mancung (2)
Tempat Pengrajin Sasando
Oebelo, Kupang Tengah
Pernah nonton Indonesia Mencari Bakat yang ditayangkan stasiun Trans TV dulu banget?
Masih inget nggak ada salah satu pemain Sasando yang ikut audisi dan lolos? Nah, pemain Sasando, atau alat musik khas Kupang itu berasal dari Tempat Pengrajin Sasando yang kami kunjungi di Oebelo, Kupang Tengah. Saya lupa namanya, tapi pemain Sasando tersebut sudah keliling dunia untuk mempromosikan Sasando.

Begitu sampai, saya sudah melihat dari jauh banyak Sasando dengan berbagai ukuran tersimpan di dalam. Dan pada waktu itu sepi banget cuma kami pengunjung satu-satunya. Ada pria yang sepertinya seumuran dengan mas Kumis seperti kaget kedatangan tamu. Lalu tiba-tiba pria tersebut buru-buru pake topi khas Kupang dan seperti mempersiapkan Sasando untuk dihubungkan dengan Speaker. Sepertinya, begitu ada tamu atau wisatawan yang berkunjung, pria tersebut akan langsung bermain Sasando untuk menghibur. Salut banget.

Nggak lama kemudian ada seorang kakek yang muncul dari dalam rumah pengrajin tersebut lengkap mengenakan baju adat. Beliau seperti bapak yang menyambut tamu datang ke rumah sendiri, humble dan ramah banget. Beliau adalah bapak Yeremias Aougust Pah yang menjadi pengrajin dari Sasando tersebut. Beliau berasal dari pulau Rote, beda pulau dengan Kupang.

Pak Pah juga mengajak kami berfoto bersama lengkap dengan topi khas Kupang atau yang disebut Tiilangga juga kain adat khas Kupang. Kemudian sisa kunjungan kami hanya untuk menikmati alunan musik Sasando saking kagumnya. Pria muda tadi itu main beragam lagu lokal maupun luar negeri menggunakan Sasando. Bagus banget pokoknya. Kalian yang kesini juga bisa membeli souvenir dengan harga beragam tergantung ukuran. Oh ya, yang bikin semua souvenir  dan topi Tiilangga itu adalah pak Pah dan keluarga lho. Keren banget ya!

Berpose manis dengan pemain Sasando

Rumahnya sederhana banget, nggak nyangka mereka sudah keliling dunia.
Live long and prosper, Pak Pah!
Suba Suka Paradise Restaurant
Jl. Timor Raya, Kelapa Lima
Sudah puas jalan-jalan? Mari jangan lupakan kuliner khas Kupang. Sebelum kami ke kota ini, kami sudah melakukan research terlebih dahulu tempat makan apa saja yang halal disini. Salah satu restoran yang terkenal adalah Suba Suka. Lokasinya dekat banget dengan Taman Nostalgia atau Gong Perdamaian. Kami kesini 3 kali dalam total perjalanan kami di Kupang.

Ketika kesini, jangan lupa untuk pesan tumis daun pepaya, daging se'i sapi dan es lontar. Kami mencoba beberapa restoran seafood di Kupang dan yang membuat tumis daun papaya paling enak adalah disini. Nggak pahit sama sekali, karena kalau salah meracik daun pepaya, rasanya bisa pahit banget.

Untuk daging se'i sapi disini enak banget. Sebenernya yang recommended untuk mencicipi daging se'i ada banyak, tapi tak halal. Karena sebenarnya menu asli daging se'i adalah menggunakan daging pork. Nah di restoran ini kami tetap bisa mencicipi seperti apa rasa daging se'i yang halal.

Es lontar adalah es buah yang menggunakan buah lontar. Pohon buah lontar banyak terdapat di Kupang makanya es lontar ini wajib dicoba yaa.

Oh ya, di restoran ini juga kami bisa melihat laut yang ada di bawah pondokan salah satu bagian restoran. Dan lokasinya asik banget kalau merayakan pernikahan outdoor  karena ada chapel yang mirip kaya hotel-hotel di Bali.

Pemandangan dari restoran

Tumis pepaya dan ikan asam manis

Sapi se'i yang terkenal itu

Tebing Bar and Café
Jl. Yos Sudarso, Tenau
Untuk mencoba tempat kekinian kalian bisa mengunjungi kafe yang terletak di tebing Tenau, makanya kafe ini bernama Tebing Bar and Café.

Kalau mau kesini sebaiknya mulai dari jam 4-5 sore, jangan mepet sunset karena dijamin kalian nggak akan bisa dapet tempat duduk dengan spot paling bagus. Jangan lupa juga bawa kacamata hitam karena bisa silau banget sebelum matahari benar-benar terbenam.

Menu yang ditawarkan disini lebih semacam jajanan dan minuman kekinian seperti green tea blended dan aneka jus. Harganya tergolong agak pricey mungkin karena konsep kafe ya. Lagu yang diputar pun lagu anak kekinian banget pokoknya, tapi tetap asyik banget nongkrong disini. Apalagi furniture yang dipakai natural banget yaitu dari potongan-potongan kayu.

Kalau kalian yang hobi fotografi, wajib banget bawa kamera bagus kesini untuk menangkap sunset. Tapi untuk kami, kamera iphone juga sudah bagus banget.

Pemandangan dari tebing, Ini saya yang ambil fotonya.

Sunset by Mas Kumis 1

Sunset by Mas Kumis 2

Matahari sudah mulai terbenam, hari mulai malam
terdengar burung hantu, suaranya kuku (jangan sambil nyanyi ya bacanya)
Pasar Malam Kampung Solor
Alternatif tempat makan yang halal lainnya di Kupang adalah Pasar Malam Kampung Solor. Konon kata Pak Juang, di Pasar Malam ini mayoritas penjualnya bukan orang asli Kupang melainkan pendatang. Makanan yang dijual di tiap-tiap kedainya adalah seafood alias semuanya serba makanan laut. Bumbu untuk tiap makanan lautnya pun beragam

Saya lupa persis harganya berapa yang jelas lebih murah jauh dibanding Bandar Djakarta. Ikannya pun segar-segar dan kami dapat memilih ikan mana yang mau dimasak. Nggak nyesel makan disini karena porsinya gede banget!

Saya malu mau cerita ini, tapi, lauk dan nasi yang kami pesan dengan porsi cukup untuk 4 orang, habis oleh kami berdua. Kalau uda menyangkut makanan, persaingan saya dan Mas Kumis ketat banget. Jadi daripada berantem, mendingan pesan porsi makan yang banyak hahaha.

Jangan tertipu, ini cuma satu piring, lauk yang kami pesan ada 3 piring.
Jagung Bose dan Kue Khas Kupang
Saat perjalanan menuju Rumah Pengrajin Sasando milik Pak Pah, kami diajak mampir untuk makan ke sebuah restoran tempat dimana wisatawan biasa membeli makanan khas Kupang yaitu Jagung Bose. Di tempat ini juga kami bisa beli kue-kue khas Kupang.

Pemandangan saat makan Jagung Bose


Jajanan khas Kupang


Yang bawah dan kuahnya putih itu jagung bose ya. Rasanya manis karena campuran santan
kalo yang kuahnya gelap lupa namanya apa tapi rasanya kayak sayur asem
Toko Ibu Soekiran
Jl. M. Hatta No. 16 Fonten
Sebelum pulang nggak afdol kalo nggak beli oleh-oleh. Kami mampir kesini dan sepertinya cukup populer di kalangan wisatawan muslim karena disini hanya menjual daging se'i halal.
Beragam varian makanan untuk oleh-oleh bisa dibeli disini seperti abon, daging se'i sapi, sambal luat, sampai jajanan yang manis-manis (tapi lupa namanya). Kalau kalian beli daging se'i sapi, kalian cukup memasak dagingnya dengan lauk yang kalian suka. Dagingnya sudah dikasih bumbu se'i kemudian dibekukan. Namun hanya awet kurang dari seminggu, makanya saya nggak jadi beli ini untuk mertua dan ibu saya. Takut keburu nggak enak.
Kios Kaos Kupang
Saya coba cari alamatnya di internet nggak ada, tapi toko ini cukup terkenal. Kalau kalian ke Kupang, wajib banget mampir kesini untuk beli kaos-kaos lucu dengan bahasa Kupang. Desainnya pun nggak norak dan pilihan ukurannya banyak.
Nah ini kaosnya, baru beli kemaren langsung dipakai
Ketawan jadinya belom dicuci hahaha
Selesai sudah perjalanan kami di Kupang. Traveling kali ini berkesan banget karena pertama kalinya kami menyentuh daerah Timor yang cuma berbatasan 9 jam dari perbatasan Timor Leste. Kami juga mengenal bahasa dan budaya yang nggak pernah tersentuh sebelumnya.
Ada banyak banget tempat jalan-jalan lainnya yang nggak kalah seru di Kupang seperti So'e dan masih banyak lagi. Kami juga sempat mengunjungi mall yang menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Kupang. Termasuk besar sih dan banyak merk-merk mahal, pasti karena melihat daya beli masyarakat Kupang yang semakin tinggi.
Namun karena keterbatasan waktu dan biaya (juga jatah cuti kantor hehehe), kami sudahi perjalanan ini. Tapi kami sudahi dengan perasaan puaaas banget.
Beneran deh, orang Kupang itu ramah-ramah banget dan kelihatan mereka emang suka ngajak ngobrol. Berkat jalan-jalan kesini jugalah  saya dan Mas Kumis makin penasaran menjelajah daerah di Indonesia lainnya.
Mudah-mudahan kalian juga diberi kesempatan untuk mencicipi the friendliness and humble-ness of Kupang.
#monelkumistips : ketika kalian akan bepergian ke daerah yang asing lokasinya dan kalian kurang familiar, ada baiknya kalian melakukan research kartu provider apa yang bisa dipakai dan punya sinyal kuat (internet dan telepon) disana. Sudah dua lokasi jalan-jalan kartu provider saya nggak kepake dan harus nebeng handphone suami. Nggak mau kan, hasil foto kalian yang kece-kece itu nggak eksis :)
Sore terakhir di Kupang


Sekian dan salam jalan-jalan!

#monelkumistraveling

4 comments: