Tak tahu takkan bisa kenalan, Tak ke Bengkulu berarti belum resmi jalan-jalan
Hotel Santika Bengkulu
Kami pesan kamar di hotel ini melalui Traveloka karena mendapatkan harga yang lebih murah. Beberapa minggu sebelum pesan, saya sempat telepon untuk menanyakan apakah ada harga diskon khusus untuk sesama pegawai hotel namun ternyata diskonnya tidak signifikan (teteup pokoknya yang lebih murah juara). Oh iya, untuk kalian yang bekerja di hotel, bisa lho bertanya pada reservasi untuk diskon harga hotelier.
Hal lain yang kami suka dari hotel ini adalah sarapannya yang menawarkan beragam makanan khas Bengkulu. Contohnya Tempoyak dibawah ini.
Tempoyak adalah makanan yang berasal dari buah Durian yang di fermentasi. Jadi bisa dibilang savoury Durian food. |
Pantai Panjang Bengkulu
Kenapa? Karena di Bengkulu saat malam itu gelap gulita tanpa lampu penerangan jalan sama sekali. Cahaya malam cuma berasal dari lampu mobil atau rumah-rumah yang ada di sekitar. Bisa kebayang kan suasana pantai seperti apa ya malam-malam. Tapi tetap tidak menyurutkan semangat khalayak muda-mudi untuk memadu kasih sembari diterangi sinar bulan (oke, gaya bahasa mulai berubah macam penulis jaman dulu).
Kalau kalian laper, kalian bisa beli beberapa jajanan disini atau jika ingin mengabadikan momen jangan lupa untuk berfoto dengan badut berkostum Doraemon. Walaupun Doraemonnya kayak puasa setahun alias ramping banget.
Foto di pantai siang hari (siang aja sepi ya) |
Foto di pantai malam hari (abaikan bayangan tongsis kami) |
Rumah Pengasingan Bung Karno
Anggut Atas, Bengkulu 38222
Saat mengunjungi tempat bersejarah ini saya merasa sedih dan kagum at the same time. Sedih karena Presiden pertama kita pernah diasingkan disini oleh penjajah dan kagum karena di situasi yang sulit beliau masih bisa menhasilkan suatu karya yang positif.
Saat kesini saya belajar banyak tentang apa saja yang beliau lakukan saat masa pengasingannya. Kami seperti sedang berkunjung ke rumah seseorang karena bangunannya seperti layaknya rumah biasa. Ada ruang tidur, ruang tamu, dapur, ruang kerja dan pameran karya beliau. Di saat masa pengasingannya beliau bertemu Ibu Inggit Garnasih yang menjadi salah satu isteri beliau.
Beliau juga menghasilkan sebuah drama teater yang naskah dan kostumnya masih tersimpan rapi.
Sayang, saya tidak belajar lebih banyak lagi karena hujan mulai deras dan kami harus melanjutkan ke destinasi lainnya. Kalau kalian ada yang pernah mampir kesini, boleh berbagi di kolom komen ya!
Berpose di salah satu rumah pengasingan Bung Karno di Indonesia |
Hal yang menurut saya unik dari bangunan ini adalah terdapat bagian-bagian di pinggir benteng yang ditumbuhi rumput yang sangat hijau. Tak hanya bagus untuk difoto, mata juga lebih adem.
Benteng ini terdiri dari beberapa bagian dan lumayan menantang untuk naik ke bagian yang paling atas. Tetapi setelah sampai diatas capeknya terbayar karena kami dapat melihat kota Bengkulu. Banyak spot foto menarik untuk dijelajah seperti foto-foto kami di bawah ini.
Senyum bahagia di depan gerbang utama benteng |
Nggak nyangka bisa matching dengan rumput, sesuatu |
Mohon maaf, Pak, apa maksud dari posenya ya? |
Mas Kumis with his ultimate weapon: TONGSIS |
Curup, Ibukota dari Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
Hunting sang bunga langka: Rafflesia Arnoldi
Seperti yang sudah diprediksi, setengah perjalanan saya minta berhenti karena tidak sanggup dengan mualnya. Tetapi rasa enek terbayar dengan pemandangan kebun teh yang bikin seger dan akhirnya saya meminta AC dimatikan untuk bisa menikmati udara segar yang jarang ada di ibu kota. Kadang-kadang kangen juga naek motor di Jakarta nggak pake masker, tapi takut paru-paru ngambek.
Anyway, menurut Pak supir, mencari spot bunga langka ini enaknya siang menuju sore. Karena waktu itu masih pagi, kami meneruskan perjalanan hingga ke puncaknya untuk melihat-lihat ada apa. Sekalian cari makan karena perut saya kosong akibat muntah sebelumnya.
Sesampainya diatas, kami mampir ke sebuah lokasi bernama Suban Air Panas untuk makan indomie kuah sambil menikmati teh hangat. Setelah puas makan, kami melanjutkan mencari objek wisata air terjun karena terlihat plang yang menunjukan lokasinya. Berjalan naik turun mendaki gunung lewati lembah (tolong generasi 90an jangan sambil nyanyi bacanya), ternyata oh ternyata kami malah hanya menemukan lokasi pemandian air panas yang dipadati warga Bengkulu. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke mobil dan melanjutkan mencari bunga.
Tetapi sodara-sodara, mampir sebentar untuk foto-foto bolehlah kenangan sudah sampai di puncaknya Bengkulu.
Di tengah perjalanan mencari sang bunga, that sky tho' (maafkeun muka pucat pasi baru aja muntah) |
Kenangan di Suban Air Panas |
Di perjalanan pulang, kami melihat banyak sekali banner yang bertuliskan Objek Wisata Bunga Rafflesia Arnoldi di tempat berbeda. Menurut Pak supir, karena letak bunga yang beragam, masyarakat sekitar yang menjaga akhirnya memasang banner untuk memudahkan pendatang mencari lokasinya. Namun sayang banget, kami datang disaat bunganya belum mekar. Bunga tersebut butuh waktu 9 bulan untuk mekar dan ketika saatnya tiba, mungkin kami akan merasakan sensasi bau yang tak terbayangkan sebelumnya, yaitu melebihi bau kentut yang nggak ada suaranya. Nah setelah mekar, bunga tersebut akan mati dan layu begitu saja.
Tidak perlu bayar untuk melihat kuncup bunga Hanya sumbangan secukupnya untuk membantu perawatannya |
Akhir dari perjalanan hari itu kami akhiri dengan kelaparan (karena muntah dua kali saat pulang dan pergi) dan memutuskan untuk ke restoran masakan padang Sederhana karena oh hati ini sungguh tak sanggup menolak nasi padang.
Danau Dendam tak Sudah
Kelurahan Dusun Besar, kecamatan Singaran Pati
Danau ini memiliki kisah menarik yang konon katanya ada sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui lalu memiliki dendam. Tetapi setelah saya baca http://yopiefranz.com/2017/08/danau-dendam-tak-sudah-di-bengkulu/ ada kisah lain yaitu janji Belanda jaman dahulu yang ingin membuatkan dam untuk danau ini namun tidak selesai-selesai. Makanya dendam karena dam nya yang tidak rampung oleh Belanda. Percaya atau tidak yah.
Nah sepanjang danau ini terdapat pondokan namun saat itu suasana sangat sepi sekali jadi kami hanya mampir untuk foto-foto danaunya.
Sayang, fotonya terhapus jadi saya masukan foto referensi dari blogger lain ya.
http://yopiefranz.com/2017/08/danau-dendam-tak-sudah-di-bengkulu/ |
Pantai Sungai Suci
Pasar Pedati, Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah
Pantai? Laut? Kok sungai? Kami juga sempat bingung dan nggak ngeh ketika kami diajak kesini. Awalnya kami kira objek wisatanya adalah sungai. Tapi kok muaranya luas banget. Ternyata oh ternyata, memang namanya Sungai Suci tapi bentuknya laut. Sempat dilema waktu mau upload foto di Instagram takut salah masukin lokasi.
Objek wisata yang ditawarkan disini ada dua, yaitu menyeberangi laut melalui jembatan gantung untuk ke tebing di seberang. Kami sudah bayar sekitar IDR 5ribu untuk bisa menyeberang namun akhirnya kami urung karena sama-sama takut ketinggian. Serem banget nggak bohong.
Nah objek wisata yang satunya lagi, kami hanya cukup berdiri di tebing tanpa menyeberang ke tebing satunya dan menyaksikan ombak yang menghantam cukup keras. Lautnya memang tidak terlalu biru, tetapi pemandangan pantai ini cukup unik mengingatkan dengan Tanah Lot di Bali. Intinya, disini kita tidak akan bisa berenang di pinggir pantai melainkan hanya duduk-duduk santai menikmati derasnya ombak.
Bisa dilihat kan seperti apa kondisi jembatan yang harus kami seberangi? Ada yang berani? |
Spot ciamik untuk foto ombaknya plus dapet model gratisan |
Berfoto di Bandara Fatmawati Soekarno
Akhir dari perjalanan di Bengkulu, jangan lupa menyempatkan untuk berfoto-foto di Bandara Fatmawati terutama di tulisan Fatmawati dan Soekarno.
Kalau kalian kesini dengan pasangan, coba kalau yang wanita foto di depan tulisan Fatmawati dan yang pria di depan tulisan Soekarno. Ketika fotonya digabungkan berasa romantis aja gitu hehehe. Atau kami aja yang kelewat narsis ya.
Spot foto untuk si istri |
Spot foto untuk si suami |
Sekian perjalanan dari Monel dan Kumis di Bengkulu, kota yang sepertinya jarang tersebut atau terpilih untuk dikunjungi. Kami memang tidak membahas restoran apa yang kami kunjungi, karena lagi-lagi kami lupa blas hehehe. Yang jelas kunjungi restoran sea food di dekat pesisir Pantai Panjang karena bisa menikmati suasana laut sembari menyantap ikan segar.
Terakhir, kesan yang kami dapatkan dari kota Bengkulu, banyak banget sebenarnya objek wisata yang jika dirawat bisa sepopuler daerah lainnya. Walaupun begitu, kami tidak menyesal telah menjawab rasa penasaran terhadap kota ini.
Semoga sodara-sodara juga dapat segera menjawab rasa penasaran kalian dengan mengunjungi Bengkulu di akhir tahun 2017.
#monelkumistips: Ketika ingin booking rental mobil di destinasi yang kalian tuju, perbanyaklah alternatif dan tanyakan sebanyak mungkin tentang harga yang akan kalian bayar dan mekanisme pembayarannya. Pilihlah pihak rental yang menjawab inquiries kalian dengan cepat dan dapat memberikan referensi tujuan perjalanan. Pelayanan dari kontak sebelum booking dapat menentukan kualitas dari rental tersebut.
Sekian dan salam jalan-jalan!
Monel dan Kumis
#monelkumistraveling
0 comments: